Kali ini cobalah belajar dari seorang tukang pembersih motor pinggir jalan. Kebetulan ada seseorang sebut saja Imam yang sangat tidak suka meluangkan waktunya untuk membersihkan motor miliknya, sehingga sampai suatu saat motor yang sering Ia gunakan setiap hari menjadi sangat kotor. Di saat itu, Imam tidak punya pilihan, Ia harus membersihkan motor miliknya. Ia sengaja memilih mencuci motornya di tukang pembersih motor sederhana pinggir jalan, bukan di tempat cucian motor yang mewah karena dekat dengan rumahnya.
Setelah sesampainya di tempat cucian Imam yang masih duduk di bangku SMA merasa agak risih dengan tempat cucian yang Ia datangi. Imam berharap motornya segera dibersihkan dan Ia bisa cepat pulang ke rumah.Tempatnya sangat sederhana dan cukup sempit, hanya mampu menampung 2 motor saja. Tetapi suasana risih akan tempat cucian tersebut hancur lebur ketika Imam melihat sosok tukang pembersih motor tersebut. Laki-laki remaja berbadan kurus dengan rambut panjang yang jarang di rawat membuat rasa empati Imam muncul. Dengan sambutan penuh senyuman yang disampaikan oleh pemuda itu kepada Imam membuat Ia semakin terenyuh dan malu. Karena tidak mau membuat pemuda itu kecewa, Imam mau duduk di tempat yang sudah di sediakan.
Dengan alat yang sederhana (tidak seperti di tempat cucian motor yang mewah) pemuda itu mulai membersihkan motor Imam. Saat pemuda itu membersihkan motor Imam, hati nurani Imam tersentuh karena melihat pemuda itu sangat teliti saat membersihkan motornya, sampai-sampai bagian dalam motor yang tidak terlihat oleh mata dibersihkan oleh pemuda itu dengan sikat yang terbuat dari patahan sikat gigi Meskipun Imam sering terkena cipratan air karena tempat duduknya yang sangat dekat dengan motornya, tidak membuat mata Imam menengok hal yang lain. Imam tetap memperhatikan pemuda itu membersihkan motornya.
Tidak bisa dipercaya! butuh waktu sekitar 30 menit atau setengah jam untuk membersihkan satu motor. Senyuman dan rasa ikhlas yang diberikan oleh pemuda itu kepada Imam ketika membersihkan motornya membuat waktu setengah jam tidak terasa. Motor yang tadinya sangat kotor menjadi sangat bersih seperti baru lagi. Hati Imam semakin tersentuh dan hampir meneteskan air mata karena biaya yang diminta oleh pemuda itu hanya Rp. 7000,- saja! Sangat tidak sebanding dengan keringat dan ketelitiannya saat membersihkan motornya.
Coba kita renungkan sejenak. Satu hari terdapat 24 jam dan tempat cucian pemilik pemuda tersebut buka mulai jam 8 pagi sampai sekitar jam 5 sore (9 jam). Pemuda itu membutuhkan waktu sekitar setengah jam, jadi penghasilan pemuda tersebut sekitar Rp. 126.000/hari. Ingat! Penghasilan tersebut akan didapat jika dalam 9 jam tersebut selalu datang pengunjung dan tanpa jam istirahat. Lebih lanjut lagi penghasilan tersebut masih belum di potong untuk uang makan, air, sabun dll. Bisa di bayangkan berapa penghasilan yang didapat pemuda tersebut? Sangat tidak sebanding bukan?
Jika kita melihat dari sudut pandang uang, memang hal tersebut sangat tidak adil. Tapi marilah kita mengambil pelajaran dari pemuda tukang bersih motor tersebut. Tengok diri kita, jika kita sudah mendapatkan pekerjaan tetap maka cobalah merenungkan hal berikut ini :
- Sudah pantaskah saya mendapatkan gaji sebesar ini?
- Sudah sebandingkah usaha yang saya keluarkan dengan gaji yang saya dapat?
- Sudahkah saya mensyukuri gaji yang saya terima?
"Bersyukurlah atas apa yang sudah didapat dan bekerjalah dengan penuh tanggung jawab."
Semoga kisah tersebut dapat membantu kita dalam memperbaiki kehidupan kita dan menjadikannya lebih baik kedepan. Aamiin..
Gaji yang tidak sebanding dengan usaha!